Senin, 15 Desember 2014

Baja dan Bahan-Bahan Lain Yang Umum Digunakan Sebagai Bilah Pisau

BAJA
Baja adalah logam paduan dengan kandungan utamanya adalah besi yang di padu dengan unsur karbon. Untuk bisa disebut baja, kandungan karbon tidak boleh kurang dari 0.2 - 0.25% dan tidak lebih dari 2.1 - 3%. Bila kandungan karbon kurang dari 0.2 - 0.25%, logam ini tidak bisa di harden (diperkeras dengan proses hardening/nyipuh), dan disebut wrought iron. Bila kandungan karbon lebih dari 2.1 - 3% logam ini akan menjadi getas (gampang patah), dan disebut cast iron(besi cor).

Aturan mengenai kandungan karbon diatas; dalam beberapa tahun terakhir telah tidak sesuai lagi. Beberapa tahun terakhir beberapa pabrik baja telah menemukan baja jenis baru sebagai contoh: baja H1 yang digunakan oleh beberapa perusahan pisau kandungan karbonnya adalah 0.15% (sebagian besar orang masih tidak menganggap H1 sebagai baja/steel, karena H1 dengan kandungan karbon serendah ini tidak bisa di harden). Begitu juga kandungan karbon dari baja ZDP189 yang 3.0%. CPM Rex 121 yang mempunyai kandungan karbon 3.4%.

* Satu hal yang harus diingat. Baja apapun yang digunakan sebuah pisau, yang paling penting adalah Proses Heat Treatment-nya (HT) (dari hardening sampai tempering). Sebagai contoh baja dengan bahan baja D2 yang tidak melalui proses HT atau tidak melalui proses HT yang benar akan menjadi kalah jauh kemampuannya dibanding baja D2 dengan HT yang benar.

UNSUR/KANDUNGAN DALAM BAJA
Sederhananya, baja adalah besi dengan kandungan karbon di dalamnya. Campuran lainnya ditambahkan untuk membuat baja untuk mempunyai kemampuan yang lebih.
Berikut adalah campuran penting dalam baja (termasuk karbon)sesuai urutan abjad, dan beberapa contoh baja yang berisi paduan tersebut:

Karbon: Hadir dalam semua baja, itu adalah unsur yang paling penting untuk proses hardening/pengerasan, juga meningkatkan kekuatan baja tetapi, semakin banyak kandungannya, ketangguhan baja akan semakin berkurang dan membuat getas/gampang patah. 

Kromium: Ditambahkan untuk ketahanan aus, membantu proses hardening, dan (yang paling penting) untuk ketahanan karat. Sebuah baja dengan setidaknya 13% kromium biasanya dianggap baja tahan karat/stainless steel, meskipun definisi lain mengatakan baja harus memiliki minimal 11,5% kromium lepas (sebagai lawan yang diikat di karbida) dianggap "stainless". Meskipun namanya stainless steel, semua jenis baja ini dapat berkarat jika tidak dipelihara dengan baik. Menambahkan kromium dalam jumlah tinggi mengurangi ketangguhan. Kromium adalah karbida-mantan, yang karena itu meningkatkan ketahanan aus.

Mangan: Sebuah elemen penting. Mangan membantu memperbaiki struktur butir baja, dan memberikan kontribusi untuk proses pengerasan/hardening. Juga kekuatan & ketahanan aus. Meningkatkan kemampuan baja melawan proses oksidasi selama proses pembuatan baja. Hadir dalam hampir semua baja pisau kecuali untuk A2, L-6, dan CPM 420V.

Molibdenum: pembuat struktur karbida, mencegah kerapuhan & mempertahankan kekuatan baja pada suhu tinggi. Hadir dalam banyak baja, terutama pada baja yang mengeras dengan udara (misalnya, A2, ATS-34) selalu memiliki 1% atau lebih molibdenum - molibdenum adalah apa yang memberi mereka kemampuan baja mengeras di udara.

Nikel: Menambahkan ketangguhan. Hadir dalam L-6 dan AUS-6 dan AUS-8. Nikel secara luas diyakini memainkan peran dalam ketahanan karat juga.

Fosfor: Hadir dalam jumlah kecil di sebagian besar baja, fosfor adalah salah satu unsur yang mengurangi ketangguhan.

Silicon: Berkontribusi pada kekuatan. Seperti mangan, unsur ini memperbaiki struktur baja.

Sulfur/Belerang:
 Biasanya tidak diinginkan di sendok garpu baja, membuat baja mudah dibentuk, namun menurunkan ketangguhan.

Tungsten: Juga merupakan pembuat struktur karbida, sehingga meningkatkan ketahanan aus. Ketika dikombinasikan dengan baik dengan kromium atau molibdenum, tungsten akan membuat baja menjadi baja tahan panas (high Speed Steel). Baja M2 memiliki jumlah tungsten yang tinggi. Unsur ini merupakan pembuat struktur karbida terkuat setelah vanadium.

Vanadium: Berkontribusi untuk ketahanan aus dan pengerasan, dan sebagai pembuat karbida. Unsur ini memurnikan butiran baja, dan memberikan kontribusi untuk ketangguhan baja dan memungkinkan pisau untuk diasah sampai sangat tajam. Beberapa baja memiliki vanadium. khusus untuk M2, Vascowear, dan CPM T440V dan 420V (dalam urutan meningkatnya jumlah) memiliki kandungan Vanadium yang tinggi. Perbedaan terbesar antara baja BG-42 dengan ATS-34 adalah kandungan vanadium.

KERAMIK
Bahan ini bukan Baja, dan tidak mengandung besi sedikitpun. Biasanya bahan keramik yang digunakan sebagai pisau adalah Zirconium Oxide (ZrO2), kadang-kadang juga disebut Zirconia. Kekerasan bahan ini sangat tinggi hingga mencapai angka 8.5 di skala Mochs berbanding dengan baja yang hanya mencapai sekitar 6 sampai 6.5 di skala Mochs. Karena kekerasannya, pisau jenis ini sangat jarang perlu untuk diasah, dan untuk mengasahnya diperlukan asahan yang mengandung serbuk intan.


OBSIDIAN
Obsidian juga bukan baja, dan adalah jenis bebatuan yang mempunyai kandungan silica yang tinggi. Batu jenis ini cukup keras dan getas, sehingga ketika pecah, akan menjadi tajam. Bebatuan ini pada jaman pra-sejarah digunakan sebagai bahan pisau/tombak.

Metode yang digunakan dalam membentuk bilah pisau/tombak dari bebatuan disebut "knapping".


Sumber 
http://www.kaskus.co.id/post/50d40e0f017608c66f000007#post50d40e0f017608c66f000007
credit to : agan jarumberputar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar