Senin, 15 Desember 2014

Proses Pembuatan Pisau

Pisau selalu kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari, paling mudahnya, pisau kita butuhkan pada saat memasak untuk mengolah bahan bahan makanan. Bagaimana kah proses pembuatan pisau itu sendiri? Simak video berikut :

Tahap awal tentunya adalah mencari bahan untuk pisau itu sendiri, pada video tersebut bahan yang digunakan adalah semacam cakram (plow disc). Selanjutnya membuat bentuk yang diinginkan, desain dari pisau yang anda inginkan.
Setelah anda dapat desain yang sesuai, sebaiknya jangan ada sisi-sisi tegak-lurus, untuk menghindari terjadinya cracking/patah pada saat bilah masuk kedalam tungku (proses heat treatment).

Ada empat terminologi penting dalam heat treatment:

- Normalizing
Memanaskan baja sampai tahap kritikal (bisa diketahui dengan menempelkan magnet pada baja panas tersebut sampai magnet tidak menempel). Biasanya kemudian dilewatkan sedikit dengan kembali memasukkan baja tersebut ke dalam tungku sampai 10 detik, lalu baja dibiarkan mendingin sendiri sampai sama dengan suhu ruang.

- Annealing
Memanaskan baja sampai tahap kritikal (bisa diketahui dengan menempelkan magnet pada baja panas tersebut sampai magnet tidak menempel). Baja kembali dimasukkan ke dalam tungku, matikan tungku dan biarkan pisau di dalamnya sampai keesokan hari. Baja dalam keadaan ter-aneal akan lebih empuk dibanding kondisi ter-normalisasi.

- Hardening
Adalah proses mengeraskan baja dengan mencelupkannya ke dalam cairan pendingin semisal minyak atau air. Proses dilakukan dengan kembali memanaskan baja sampai ke tahap kritikal kemudian dengan cepat memasukkannya ke dalam cairan pendinginnya untuk membuat baja mengeras. Baja akan mencapai kekerasan maksimal setelah melalui proses ini, namun terlalu keras untuk bisa berguna sebagai pisau yang baik.

- Tempering
Adalah proses menurunkan sedikit kadar kekerasan pisau untuk mencapai kekerasan yang berguna dan menambahkan toughness kepada pisau tersebut. Proses ini dimulai dengan memanaskan pisau pada suhu sekitar 200 derajat celcius selama 2 jam, dan dillakukan selama minimal 2 kali. Tiga kali lebih bagus.

Setelah menggambar desain kasar kedalam cakram, lalu potong, dapat menggunaka gergaji besi ataupun alat lainnya. Tahap selanjutnya adalah menghilangkan bagian-bagian karat, dengan amplas (belt grinder,dsb), agar pada proses heat treatment dapat berjalan dengan sempurna. Heat treatment sendiri adalah proses dimana baja diubah sedemikian sehingga mencapai titik kekerasan yang diinginkan. Biasanya pisau diinginkan dalam keadaan/tingkat kekerasan berkisar 60Hrc. Proses-proses heattreatment dapat dilihat dipenjabaran diatas.

Pada video tersebut baja cakram tersebut dipanaskan untuk memudahkan pembentukan, selanjutnya langsung diperlihatkan pisau yang sudah mulai terlihat bentuknya. Pada tahap ini, pisau sudah melewati normalizing, dan sudah annealing. Pada tahap ini pisau akan lebih mudah dikerjakan, bagian-bagian kecilnya mulai bisa dikerjakan. Karena cakram tersebut pada awalnya sudah dalam keadaan keras atau sudah mengalami hardening. Bila dilakukan penggeboran untuk pin pada pisau, dapat merusak mata bor, dan susah dalam pembentukan bevel/mata pisau. Maka dari itu perlu dilakukan pelunakan/annealing.

Seperti pada video, setelah baja pisau lunak, dilakukan penggeboran untuk pin handle(pegangan pisau) pembentukan bentuk pisau dengan belt grinder. Dan pembuatan bevel/mata pisau sesuai keinginan.

Setelah proses-proses tersebut terlewati, yang dilakukan selanjutnya adalah hardening, yaitu memanaskan bilah sampai pada titik kritikal (sekitar 700an celcius, warna baja kuning terang). Setelah itu bilah dicelupkan kedalam cairan (air, oli,dsb) sehingga bilah dalam tingkat kekerasan maksimum. Pada saat ini bilah biasanya getas/mudah patah. Maka diperlukan tempering, yaitu penurunan kekerasan bilah. Pada video tempering dilakukan dengan memanaskan bilah pada suhu 550celcius selama satu jam, lalu diamkan hingga dingin sesuai suhu ruangan dengan sendirinya.

Setelah proses tempering selesai, bilah pisau sudah siap untuk digunakan, proses selanjutnya adalah mengamplas bilah pisau tersebut hingga tajam/polishing serta memasang handle pada bilah.

Sumber
https://www.youtube.com/watch?v=QpXeufq7-ko
http://archive.kaskus.co.id/thread/3698710/








Tips dan Cara Merawat Pisau

1. Cari tempat untuk menaruh pisau
Tempat yangg cocok untuk menaruh pisau kesayangan tentunya adalah kotak pisau. Kotak pisau adalah tempat yang benar untuk menyimpan pisau, karena kotak pisau memenuhi beberapa mutu : keamanan, perlindungan, kebersihan, dan kenyamanan.

2. Bersihkan pisau setelah penggunaan
Cara terbaik untuk mempertahankan ketajaman dan kilau dari pisau dengan mencuci dengan tangan. Secepatnya setelah di pakai pisau di cuci dengan air hangat yang mengalir dengan sedikit sabun, lalu dengan hati-hati dikeringkan dengan cara di lap.

3. Menjaga pisau selalu kering
Sebagai contoh apabila kita mempunyai pisau yang terbuat dari baja karbon. Pisau tersebut tetap akan mengalami karat. Maka disarankan untuk memberikan minyak yang aman untuk makanan ke mata pisau setelah di cuci atau di pakai.

4. Merawat ketajaman pisau
Pisau yang tajam lebih aman untuk di gunakan dibandingkan dengan pisau yang tumpul, karena anda menggunakan tenaga yang lebih sedikit. Tangan anda tidak cepat lelah dan pisau mempunyai "gigitan" yang lebih baik ke bahan makanan. Pisau yang bermutu akan tahan tajamnya untuk waktu yg lama, tapi walaupun pisau yang sangat baik dapat kehilangan ketajamannya dalam jangka waktu tertentu. Untuk mendapatkan ketajaman yang maksimal kembali, semua mata pisau yang tidak bergelombang harus secara regular di tajamkan dengan pengasah pisau berbentuk pedang, batu pengasah atau pengasah pisau lain nya.

5. Papan potong atau talenan
Pemilihan talenan yang baik akan memperpanjang ketajaman pisau anda. Pemilihan papan potong atau talenan dari bahan gelas atau keramik hanya akan membuat mata pisau anda menjadi rusak dan bergelombang. Di sarankan untuk menggunakan papan potong atau talenan dari bahan plastik atau kayu. Karena kayu atau plastik memiliki efek yangg merusak pisau anda lebih kecil dari pada bahan yang lain.

Sumber : Tokolariskarawang.blogspot.com

Baja dan Bahan-Bahan Lain Yang Umum Digunakan Sebagai Bilah Pisau

BAJA
Baja adalah logam paduan dengan kandungan utamanya adalah besi yang di padu dengan unsur karbon. Untuk bisa disebut baja, kandungan karbon tidak boleh kurang dari 0.2 - 0.25% dan tidak lebih dari 2.1 - 3%. Bila kandungan karbon kurang dari 0.2 - 0.25%, logam ini tidak bisa di harden (diperkeras dengan proses hardening/nyipuh), dan disebut wrought iron. Bila kandungan karbon lebih dari 2.1 - 3% logam ini akan menjadi getas (gampang patah), dan disebut cast iron(besi cor).

Aturan mengenai kandungan karbon diatas; dalam beberapa tahun terakhir telah tidak sesuai lagi. Beberapa tahun terakhir beberapa pabrik baja telah menemukan baja jenis baru sebagai contoh: baja H1 yang digunakan oleh beberapa perusahan pisau kandungan karbonnya adalah 0.15% (sebagian besar orang masih tidak menganggap H1 sebagai baja/steel, karena H1 dengan kandungan karbon serendah ini tidak bisa di harden). Begitu juga kandungan karbon dari baja ZDP189 yang 3.0%. CPM Rex 121 yang mempunyai kandungan karbon 3.4%.

* Satu hal yang harus diingat. Baja apapun yang digunakan sebuah pisau, yang paling penting adalah Proses Heat Treatment-nya (HT) (dari hardening sampai tempering). Sebagai contoh baja dengan bahan baja D2 yang tidak melalui proses HT atau tidak melalui proses HT yang benar akan menjadi kalah jauh kemampuannya dibanding baja D2 dengan HT yang benar.

UNSUR/KANDUNGAN DALAM BAJA
Sederhananya, baja adalah besi dengan kandungan karbon di dalamnya. Campuran lainnya ditambahkan untuk membuat baja untuk mempunyai kemampuan yang lebih.
Berikut adalah campuran penting dalam baja (termasuk karbon)sesuai urutan abjad, dan beberapa contoh baja yang berisi paduan tersebut:

Karbon: Hadir dalam semua baja, itu adalah unsur yang paling penting untuk proses hardening/pengerasan, juga meningkatkan kekuatan baja tetapi, semakin banyak kandungannya, ketangguhan baja akan semakin berkurang dan membuat getas/gampang patah. 

Kromium: Ditambahkan untuk ketahanan aus, membantu proses hardening, dan (yang paling penting) untuk ketahanan karat. Sebuah baja dengan setidaknya 13% kromium biasanya dianggap baja tahan karat/stainless steel, meskipun definisi lain mengatakan baja harus memiliki minimal 11,5% kromium lepas (sebagai lawan yang diikat di karbida) dianggap "stainless". Meskipun namanya stainless steel, semua jenis baja ini dapat berkarat jika tidak dipelihara dengan baik. Menambahkan kromium dalam jumlah tinggi mengurangi ketangguhan. Kromium adalah karbida-mantan, yang karena itu meningkatkan ketahanan aus.

Mangan: Sebuah elemen penting. Mangan membantu memperbaiki struktur butir baja, dan memberikan kontribusi untuk proses pengerasan/hardening. Juga kekuatan & ketahanan aus. Meningkatkan kemampuan baja melawan proses oksidasi selama proses pembuatan baja. Hadir dalam hampir semua baja pisau kecuali untuk A2, L-6, dan CPM 420V.

Molibdenum: pembuat struktur karbida, mencegah kerapuhan & mempertahankan kekuatan baja pada suhu tinggi. Hadir dalam banyak baja, terutama pada baja yang mengeras dengan udara (misalnya, A2, ATS-34) selalu memiliki 1% atau lebih molibdenum - molibdenum adalah apa yang memberi mereka kemampuan baja mengeras di udara.

Nikel: Menambahkan ketangguhan. Hadir dalam L-6 dan AUS-6 dan AUS-8. Nikel secara luas diyakini memainkan peran dalam ketahanan karat juga.

Fosfor: Hadir dalam jumlah kecil di sebagian besar baja, fosfor adalah salah satu unsur yang mengurangi ketangguhan.

Silicon: Berkontribusi pada kekuatan. Seperti mangan, unsur ini memperbaiki struktur baja.

Sulfur/Belerang:
 Biasanya tidak diinginkan di sendok garpu baja, membuat baja mudah dibentuk, namun menurunkan ketangguhan.

Tungsten: Juga merupakan pembuat struktur karbida, sehingga meningkatkan ketahanan aus. Ketika dikombinasikan dengan baik dengan kromium atau molibdenum, tungsten akan membuat baja menjadi baja tahan panas (high Speed Steel). Baja M2 memiliki jumlah tungsten yang tinggi. Unsur ini merupakan pembuat struktur karbida terkuat setelah vanadium.

Vanadium: Berkontribusi untuk ketahanan aus dan pengerasan, dan sebagai pembuat karbida. Unsur ini memurnikan butiran baja, dan memberikan kontribusi untuk ketangguhan baja dan memungkinkan pisau untuk diasah sampai sangat tajam. Beberapa baja memiliki vanadium. khusus untuk M2, Vascowear, dan CPM T440V dan 420V (dalam urutan meningkatnya jumlah) memiliki kandungan Vanadium yang tinggi. Perbedaan terbesar antara baja BG-42 dengan ATS-34 adalah kandungan vanadium.

KERAMIK
Bahan ini bukan Baja, dan tidak mengandung besi sedikitpun. Biasanya bahan keramik yang digunakan sebagai pisau adalah Zirconium Oxide (ZrO2), kadang-kadang juga disebut Zirconia. Kekerasan bahan ini sangat tinggi hingga mencapai angka 8.5 di skala Mochs berbanding dengan baja yang hanya mencapai sekitar 6 sampai 6.5 di skala Mochs. Karena kekerasannya, pisau jenis ini sangat jarang perlu untuk diasah, dan untuk mengasahnya diperlukan asahan yang mengandung serbuk intan.


OBSIDIAN
Obsidian juga bukan baja, dan adalah jenis bebatuan yang mempunyai kandungan silica yang tinggi. Batu jenis ini cukup keras dan getas, sehingga ketika pecah, akan menjadi tajam. Bebatuan ini pada jaman pra-sejarah digunakan sebagai bahan pisau/tombak.

Metode yang digunakan dalam membentuk bilah pisau/tombak dari bebatuan disebut "knapping".


Sumber 
http://www.kaskus.co.id/post/50d40e0f017608c66f000007#post50d40e0f017608c66f000007
credit to : agan jarumberputar

Pemodelan Sistem Dinamik

Definisi pemodelan sistem dinamik menurut Bambang Sridadi(2009)

  • Model adalah suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistem nyata (realitas)
  • Model berisi informasi tentang suatu sistem yang dibuat dengan tujuan untuk mempelajari perilaku sistem yang sebenarnya
  • Model dapat berupa tiruan dari suatubenda, sistem atau peristiwa sesungguhnya yang hanya mengandung informasi yang dipandang penting untuk ditelaah
Tujuan pemodelan sistem: research and management







Pemodelan suatu proses:
•  Input (masukan)
•  Sistem (sistem kendali)
•  Output (keluaran)

Klasifikasi model matematik sistem meliputi :
  • Model linear dan non-linear
Model linear adalah model yang memenuhi prinsip superposisi dan homogenitas. Superposisi: total respon (keluaran/output) suatu sistem terhadap masukan-masukannya (inputs) sama dengan penjumlahan masing-masing keluaran terhadap masing-masing masukannya. Homogenitas: perkalian nilai masukan dengan suatu bilangan skalar akan menghasilkan keluaran yang besarnya sama dengan perkalian bilangan skalar tersebut dengan keluaran awalnya.
Model non-linear adalah yang tidak memenuhi kedua sifat tersebut
  • Model diskrit dan kontinu
Model diskrit: nilai masukan, keluaran dan variabel sistem berubah secara diskrit (dalam interval waktu tertentu).
Model kontinu: nilai masukan, keluaran dan variabel sistem berubah secara terus menerus(kontinu)
  • Model dinamik dan statik
Model dinamik: keluaran sistem bergantung pada nilai inputan sebelumnya. 
Model statik: keluaran sistem tidak bergantung pada nilai inputan sebelumnya

  • Model stokastik dan determinsitik
  • dll

Sistem Kendali

Definisi Sistem Kendali
Sistem kendali terdiri dari sub-sistem dan proses (plants) yang dirangkai agar menghasilkan output yang diinginkan dengan kinerja yang diharapkan berdasarkan input tertentu.

Gambar di bawah adalah contoh sederhana dari sistem kendali dimana masukan (input) menunjukkan keluaran (output) yang diinginkan.


















Proses desain sistem kendali dapat dilihat sebagai berikut :












Beberapa contoh penerapan sistem kendali :

Unlocking the Power of Natural Resources to Strengthen Communities in Rural Indonesia

"Tri Mumpuni telah menggunakan kemajuan teknologi untuk membuka kekuatan SDA di Indonesia dan memperkuat komunitas di sekitarnya"

Itulah kutipan yang muncul di awal-awal video, kurang lebih mungkin begitu artinya. Satu lagi kutipan langsung dari beliu, "Kebahagiaan itu untuk dibagikan", itulah yang melandasi beliau ingin memajukan lingkungannya. Lahir dari keluarga yang berkecukupan, ia ingin membalas apa yang diberikan Tuhan pada dirinya, kepada orang-orang disekitarnya.

Di Indonesia, terdapat banyak komunitas, dengan masalah mendasar yang sama yaitu akses kepada energi. Untuk anak-anak misalnya, pagi hari mereka sekolah, sore hari mereka pulang lalu membantu orangtuanya di sawah, dan malamnya mereka harus belajar namun tidak ada sumber daya listrik. Tanpa listrik mereka tidak bisa belajar. Beliau ingin memberi listrik, penerangan-penerangan bagi mereka yang membutuhkan. Energi yang terbarukan, yang dekat dengan masyarakat, dengan sumber daya yang ada disekitar masyarakat tersebut.

Prioritas utama dari sumber daya ini adalah agar dapat berkelanjutan, dengan cara melakukan pelatihan, bagaimana merawat, mengoprasikan, dan menjaga alat-alat tersebut. Sehingga masyarakat dapat mengerti apa itu teknologi. Dan mengerti bahwa teknologi dapat berguna bagi mereka.

Dari desa-desa yang memiliki sumber daya yang cukup, mereka dapat menghasilkan listrik sebesar 10kwH, dimana hanya 10% yang terpakai, dan sisanya bisa mereka gunakan untuk pembangunan desa ataupun beasiswa bagi anak-anak didesa tersebut, dari hasil penjualan energi listrik tersebut. Dan bahkan untuk membantu desa-desa disekitarnya.

Prioritas utama dari beliau adalah masyarakat itu sendiri terdorong dan terbangun, ia ingin masyarakat itu siap sebelum mendapatkan edukasi tentang teknologi. Masyarakat berhak mendapatkan, merasakan, menikmati hasil dari teknologi. Guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, dan kehidupan yang layak.


Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=IN9-NAZ7cvg



Persebaran Pertambangan di Indonesia

Pertambangan di Indonesia, sekilas yang terpintas adalah bekerja diluar jawa, dengan gaji yang besar. Satu waktu ada seorang bercerita tentang pertambangan batubara di Kalimantan Selatan, hanya dalam waktu dua bulan saja, bukit sebesar itu, bisa rata dengan tanah bahkan sampai kedalam-dalamnya. Terlepas dari dampak-dampak yang ditimbulkannya, baik negatif maupun positif. Berikut barang tambang dan persebarannya di Indonesia itu meliputi :



(1.) Minyak bumi
Ada banyak tambang minyak bumi di Indonesia. Daerah-daerah penghasil tambang minyak sebagai berikut :
1. Tambang minyak di pulau Sumatera terdapat di Aceh (Lhoksumawe dan Peureula); Sumatera Utara (Tanjung Pura); Riau (Sungaipakning, Dumai); dan Sumatera Selatan (Plaju, Sungai Gerong, Muara Enim).
2. Tambang minyak di pulau Jawa terdapat di Wonokromo, Delta (Jawa Timur); Cepu, Cilacap di (Jawa Tengah); dan Majalengka, Jatibarang (Jawa Barat).
3. Tambang minyak di pulau Kalimantan terdapat di Balikpapan, Pulau Tarakan, Pulau Bunyu dan Sungai Mahakam (Kalimantan Timur) serta Amuntai, Tanjung, dan Rantau (Kalimantan Selatan)
4. Maluku (Pulau Seram dan Tenggara), serta
5. Irian Jaya (Klamono, Sorong, dan Babo).
Minyak bumi diambil dalam bentuk minyak mentah, sebelum dapat digunakan, minyak mentah tersebut harus diolah. Pengolahan minyak bumi menghasilkan avgas, avtur, premium, minyak tanah, solar dll. Manfaat dari produk-produk tersebut adalah sebagai berikut:

  • Avtur untuk bahan bakar pesawat terbang;
  • Bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor;
  • Minyak Tanah untuk bahan baku lampu minyak;
  • Solar untuk bahan bakar kendaraan diesel;
  • LNG (Liquid Natural Gas) untuk bahan bakar kompor gas;
  • Oli ialah bahan untuk pelumas mesin;
  • Vaselin ialah salep untuk bahan obat;
  • Parafin untuk bahan pembuat lilin; dan
  • Aspal untuk bahan pembuat jalan (dihasilkan di Pulau Buton)
Sebagai salah satu negara penghasil utama minyak bumi, Indonesia menjadi anggota Organization Petroleum Exportir Countries (OPEC), yang bergerak dalam bidang ekspor minyak bumi.

(2.) Bauksit (bijih aluminium)
Penambangan bauksit berada di daerah Riau (Pulau Bintan) dan Kalimantan Barat (Singkawang).

(3.) Batu bara
Penambangan batu bara terdapat di Sumatera Barat (Ombilin, Sawahlunto), Sumatera Selatan (Bukit Asam, Tanjungenim), Kalimantan Timur (Lembah Sungai Berau, Samarinda), Kalimantan Selatan (Kotabaru/Pulau Laut), Kalimantan tengah (Purukcahu), Sulawesi Selatan (Makassar), dan Papua (Klamono). 
Sebagian besar batu bara terjadi dari tumbuh-tumbuhan yang hidup berjuta-juta tahun yang lalu. Tubuh-tumbuhan tersebut termasuk jenis paku-pakuan. Tumbuhan itu tertimbun hingga berada dalam lapisan-lapisan batuan sedimen yang lain. Proses pembentukan batu bara disebut juga inkolen (proses pengarangan).
Batu bara memiliki berbagai penggunaan yang penting di seluruh dunia. Penggunan yang paling penting adalah untuk :

  • bahan bakar pembangkit  listrik
  • produksi besi dan baja
  • bahan bakar pembuatan semen
  • bahan bakar cair.
Penggunaan batu bara yang penting lainnya mencakup pusat pengolahan alumina, pabrik kertas, dan industri kimia serta farmasi. Beberapa produk kimia dapat diproduksi dari hasil-hasil sampingan batubara. Ter batu bara yang dimurnikan digunakan dalam pembuatan bahan kimia seperti minyak kreosot, naftalen, fenol dan benzene. Gas amoniak yang diambil dari tungku kokas digunakan untuk membuat garam amoniak, asam nitrat dan pupuk tanaman. Ribuan produk yang berbeda memiliki komponen batu bara atau hasil sampingan batu bara:sabun, aspirin, zat pelarut, pewarna, plastik dan fiber, seperti rayon dan nylon.

(4.) Besi
Penambangan besi terdapat di daerah Lampung (Gunung Tegak), Kalimantan Selatan (Pulau Sebuku), Sulawesi Selatan (Pegunungan Verbeek), dan Jawa Tengah (Cilacap).
(5.) Timah
Penambangan timah terdapat di daerah Pulau Bangka (Sungai Liat), Pulau Belitung (Manggara), dan Pulau Singkep (Dabo).
(6.) Emas
Penambangan emas terdapat di daerah Nangroe Aceh Darussalam (Meulaboh), Riau (Logos), Bengkulu (Rejang Lebong), Sulawesi Utara (Bolaang Mongondow, Minahasa), Kalimantan Barat (Sambas), Jawa Barat (Cikotok, Pongkor), dan Freeport (Timika, Papua).
(7.) Tembaga
Penambangan tembaga terdapat di daerah Irian Jaya (Tembagapura).
(8.) Nikel
Ditambang dari daerah Sulawesi Tenggara (Soroako).
(9.) Marmer
Ditambang dari daerah Jawa Timur (Tulungagung), Lampung, Makassar, Timor.
(10.) Mangan
Ditambang dari daerah Yogyakarta (Kliripan), Jawa Barat (Tasikmalaya), dan Kalimantan Selatan (Martapura).
(11.) Aspal
Ditambang dari daerah Sulawesi Tenggara (Pulau Buton).
(12.) Belerang
Ditambang dari daerah Jawa Barat (Gunung Patuha), Jawa Timur (Gunung Welirang).

(13.) Yodium
Ditambang dari daerah Jawa Tengah (Semarang), Jawa Timur (Mojokerto).


Sumber
http://geoenviron.blogspot.com/2013/02/persebaran-barang-tambang-di-indonesia.html
http://www.crayonpedia.org

Analisis Dampak Lingkungan Hidup

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL, merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang semakin meningkat. Reaksi ini mencapai keadaan ekstrem sampai menimbulkan sikap yang menentang pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi. Dengan ini timbullah citra bahwa gerakan lingkungan adalah anti pembangunan dan anti teknologi tinggi serta menempatkan aktivis lingkungan sebagai lawan pelaksana dan perencana pembangunan. Karena itu banyak pula yang mencurigai AMDAL sebagai suatu alat untuk menentang dan menghambat pembangunan.

Dengan diundangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat, yaitu National Environmental Policy Act (NEPA) pada tahun 1969. NEPA mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Dalam NEPA pasal 102 (2) (C) menyatakan,
“Semua usulan legilasi dan aktivitas pemerintah federal yang besar yang akan diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan Environmental Impact Assessment (Analsis Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut”.

AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1086. Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986 mengalami beberapa hambatan yang bersifat birokratis maupun metodologis, maka sejak tanggal 23 Oktober 1993 pemerintah mencabut PP No. 29 Tahun 1986 dan menggantikannya dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang AMDAL dalam rangka efektivitas dan efisiensi pelaksanaan AMDAL. Dengan diterbitkannya Undang-undang No. 23 Tahun 1997, maka PP No. 51 Tahun 1993 perlu disesuaikan. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1999, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999. Melalui PP No. 27 Tahun 1999 ini diharapkan pengelolaan lingkungan hidup dapat lebih optimal.

Pembangunan yang tidak mengorbankan lingkungan dan/atau merusak lingkungan hidup adalah pembangunan yang memperhatikan dampak yang dapat diakibatkan oleh beroperasinya pembangunan tersebut. Untuk menjamin bahwa suatu pembangunan dapat beroperasi atau layak dari segi lingkungan, perlu dilakukan analisis atau studi kelayakan pembangunan tentang dampak dan akibat yang akan muncul bila suatu rencana kegiatan/usaha akan dilakukan.

AMDAL adalah singkatan dari analisis mengenai dampak lingkungan. Dalam peraturan pemerintah no. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak

Mengapa AMDAL harus dilakukan? Ada dua yaitu :
1. AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang akan dibangun karena Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan Pemerintah menghendaki demikian. Apabila pemilik atau pemrakarsa proyek tidak melakukannya maka akan melanggar undang-undang dan besar kemungkinan perizinan untuk pembangunan proyek tersebut tidak akan didapat, atau akan menghadapi pengadilan yang dapat memberikan sanksisanksi yang tidak ringan. Cara ini cukup efektif untuk memaksa para pemilik proyek yang kurang memperhatikan kualitas lingkungan atau pemilik proyek yang hanya mementingkan keuntungan proyeknya sebesar mungkin tanpa menghiraukan dampak sampingan yang timbul. Tanpa adanya undang-undang, peraturan pemerintah, dan Pedomanpedoman Baku Mutu maka dasar hukum dari pelaksanaan AMDAL ini tidak ada.

2. AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak karena adanya proyek-proyek pembangunan. Cara kedua ini merupakan yang ideal, tetapi kesadaran mengenai masalah ini tidak mudah ditanamkan pada setiap orang terutama para pemrakarsa proyek. Manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraannya telah melakukan berbagai aktivitas dari bentuk yang sederhana sampai yang sangat canggih, mulai dari bangunan yang kecil sampai yang sangat besar dan canggih, mulai dari yang hanya sedikit saja mengubah sumber daya alam dan lingkungan sampai yang menimbulkan perubahan yang besar.


Manfaat AMDAL bagi masyarakat :
Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, sehingga dapat mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupannya apabila diperlukan
Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam pembangunan di daerahnya sejak dari awal, khususnya di dalam memberikan informasi-informasi ataupun ikut langsung di dalam membangun dan menjalankan proyek
Bagi pemilik proyek :
Proyek terhindar dari perlanggaran terhadap undang-undang atau peraturan yang berlaku
Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau perusakan lingkungan
Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi di masa yang akan datang
Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa yang akan datang
Bagi pemerintah :
Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebur tidak rusak (khusus untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui)
Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada di luar lokasi proyek baik yang dioleh olrh proyek lain, diolah masyarakat atau yang belum diolah
Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran air, pencemaran udara, kebisingan dan lain sebagainya, sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat

Sumber
http://beruangbernad.blogspot.com/2013/06/makalah-analisis-dampak-lingkungan.html
http://anwaraffandi.blogspot.com/2014/12/analisis-dampak-lingkungan-amdal.html

Briket Biji Salak

Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan briket biomassa.
Bahan baku briket diketahui dekat dengan masyarakat pertanian karena biomassa limbah hasil pertanian dapat dijadikan briket. Penggunaan briket, terutama briket yang dihasilkan dari biomassa, dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil.
Bahan penyusun briket dapat mencakup
·         Bahan bakar utama:
·         Arang kayu
·         Batu bara
·         Biomassa:
·         Gambut
·         Bahan pendukung:
·         Batu kapur (pewarna)
·         Pati (pengikat)
·         Boraks (bahan pelepas, release agent)
·         Natrium nitrat (akselerator)
·         Malam (wax, sebagai pengikat, akselerator, dan penyala (igniter))
Briket dibuat dengan menekan dan mengeringkan campuran bahan menjadi blok yang keras. Metode ini umum digunakan untuk batu bara yang memiliki nilai kalori rendah atau serpihan batu bara agar memiliki tambahan nilai jual dan manfaat. Briket digunakan di industri dan rumah tangga.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan briket sebaiknya yang memiliki kadar air rendah untuk mencapair nilai kalor yang tinggi. Keberadaan bahan volatil juga mempengaruhi seberapa cepat laju pembakaran briket; bahan yang memiliki bahan volatil tinggi akan lebih cepat habis terbakar.
Selain dari bahan-bahan diatas, ternyata ada bahan lain yang dapat dijadikan sebagai bahan briket, yaitu biji salak. Biji salak yang biasanya hanya kita buang dan menjadi sampah organik, ternyata sekarang dapat diubah menjadi briket. Ditengah kenaikan harga-harga (elpiji, bbm, dsb) dua orang pelajar dari SMAN 1 Bawang , Banjarnegara, Jawa Tengah, mampu menciptakan ide brilian ini.
Ide inovatif ini muncul dari otak Afidian Sikta dan Anisa Nurhidayah ketika mereka melihat banyaknya biji salak yang terbuang sia-sia di daerah mereka. Briket ini mereka sebut dengan nama bibilakaks (briket biji salah ampas kelapa dan sereh).
Ketahanan apinya pun bisa dikatakan lumayan, untuk 2 jam dibutuhkan 4 tabung bibilakaks, dimana untuk satu tabung bibilakaks dibuat dari 20an biji salak. Tabung ini memiliki dimensi diameter 4cm, dengan tinggi 10cm. Pembuatannya cukup sederhana, yaitu dengan membakar biji salak agar menjadi arang lalu merekatkannya dengan ampas kelapa dan sereh sebagai perekat. Tak hanya itu, menurut mereka, hasil masakan dengan briket ini memiliki aroma yang lebih wangi, karena dalam briket mengandung sereh.

Sumber berita : http://news.liputan6.com/read/2109470/2-pelajar-banjarnegara-ubah-biji-salak-jadi-energi

Ketimpangan Kesejahteraan Di Indonesia



Kesejahteraan antara yang diatas dan yang dibawah, yang miskin dan yang kaya, sudah sejak lama menjadi topik pembicaraan diantara masyarakat kita. Sesuatu yang sepertinya tidak ada hentinya, disaat-saat tertentu gaungnya ada dimana-mana. Disatu waktu ada orang yang berteriak lantang, "demi wong cilik", dan disatu waktu semuanya menjadi sunyi senyap. Inilah potret kesejahteraan rakyat Indonesia, yang terliput disaat-saat tertentu saja.

Video diatas karya World Bank, menggambarkan perbedaan antara anak-anak yang lahir dari orang yang mampu (Dewi), 10% dari atas, dan yang kurang mampu (Putri), 10% dari bawah, dimana jumlahnya mencapai 28 juta orang. Dimana kesenjangannya sudah terlihat sejak sebelum mereka dilahirkan.

Dari data-data yang didapat World Bank menyebutkan, sebanyak 40% dari ibu-ibu hamil dari kalangan kurang mampu, melalukan proses persalinan tanpa bantuan tenaga medis yang ahli. Tidak jarang juga kita dengar di kampung-kampung istilah dukun beranak. Dan sebelum persalinanpun, dikatakan mereka juga tidak mendapat/mengikuti akses kesehatan, tidak cek berkala ke rumah sakit atau bidan misalnya. Yang berakibat berkurangnya nutrisi pada saat janin didalam kandungan. Hasilnya, kebanyakan bayi lahir dalam kondisi dibawah berat normal.

Sebaliknya, ibu-ibu hamil dari kalangan mampu, dapat melakukan cek kandungan mereka secara berkala ke tenaga medis. Sehingga janin mendapatkan nutrisi yang tepat, dimana bayi lahir dalam keadaan normal.

Pada dua tahun pertama anak-anak dari kalangan kurang mampu hanya 47% dari mereka yang mendapat imunisasi secara utuh. Sedangkan dari kalangan mampu, mencapai 80% mendapat imunisasi lengkap (vaksin polio, dll). Juga mereka dari kalangan kurang mampu, mengalami kekurangan nutrisi yang berdampak sebanyak 43% dari mereka mengalami gangguan dalam pertumbuhan badan. Sedangkan dari kalangan mampu hanya 14%.

Kalangan mampu, hidup dalam lingkungan yang memiliki sanitasi/sumber air yang baik, sedangkan yang kurang mampu hanya 76% nya saja yang mampu memiliki sumber air yang baik, itupun hanya 36% yang mampu memiliki MCK yang layak. Yang berakibat datangnya penyakit seperti diare dan penyakit lainnya.

Dari sisi pendidikan, kalangan mampu, 40% nya dapat mengenyam pendidikan dini atau yang kita sebut playgroup. Kalangan yang kurang mampu? Anda tahu jawabannya.
Anak dari kalangan mampu memiliki prosentase mengenyam bangku pendidikan dari tk, sd, smp, sma berturut-turut 100%, 99%, 89%,74%, yang lalu melanjutkan ke universitas. Sedangkan yang tidak mampu, 90% berkemungkinan menyelesaikan sekolah dasar, lalu turun 59% pada smp, 29% pada sma. Biasanya mereka mulai ikut bekerja membantu keluarga untuk menambah pemasukan keluarga.

Setelah mengenyam pendidikan, mereka-mereka yang mampu biasanya mendapat pekerjaan yang layak, sedangkan yang kurang mampu, biasanya melanjutkan apa yang orangtua mereka lakukan. Lalu, siklus ini seperti berulang-ulang.

Sejujurnya 40% dari kalangan paling bawah, nasibnya tidak jauh berbeda dari Putri.
Pada akhirnya hanya dengan memberi 40% kalangan bawah ini sebuah kesempatan, untuk mengenyam pendidikan, mendapatkan pelayanan kesehatan, dan kesehatan sosial yang layak, yang dapat memutus mata rantai kemiskinan di Indonesia.


Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=a0wHffQi4xo


Entalpi Dan Perubahan Entalpi

Pengertian Entalpi (H) dan Perubahan Entalpi (∆ H)
Menurut teori kinetika, pada suhu di atas 0°C, setiap materi baik dalam wujud gas, cair atau padatan, memiliki partikel-partikel yang selalu bergerak secara acak dan saling bertumbukan dengan total gaya yang saling meniadakan. Karena memiliki ukuran sangat kecil, maka kita tidak dapat mengamati pergerakan partikel itu.
Di dalam atom terdapat elektron yang bermuatan negatif dan proton yang bermuatan positif. Dengan adanya partikel-partikel, terjadi gaya tarik menarik antarpartikel yang bermuatan berlawanan dan gaya tolak menolak antarpartikel yang bermuatan sama.
Pergerakan partikel-partikel dan gaya tolak/tarik antarpartikel tersebut, menunjukkan adanya energi dalam materi. Jumlah total energi atau kalor yang terkandung dalam suatu materi disebut entalpi, yang diberi simbol H. Entalpi suatu zat tidak berubah (tetap) selama tidak ada energi yang masuk atau ke luar.
Entalpi suatu zat tidak dapat diukur, tetapi hanya perubahan entalpinya yang dapat diukur. Suatu zat mengalami perubahan entalpi jika mengalami reaksi kimia atau perubahan fisika. Perubahan entalpi diberi notasi ∆H. ∆H menyatakan kalor yang diterima atau dilepas, berupa penambahan atau pengurangan energi suatu zat dalam suatu proses perubahan materi.

Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm
Perubahan entalpi bertanda positif jika reaksi membutuhkan atau menyerap kalor, dan bertanda negatif jika membebaskan kalor. Perubahan entalpi yang bertanda positif menyatakan bahwa terdapat penambahan entalpi materi. Sebaliknya, perubahan entalpi yang bertanda negatif menyatakan bahwa terdapat pengurangan entalpi materi yang bereaksi.
Pada dasarnya, perubahan entalpi terjadi karena adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan. Sistem adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian atau pusat pengamatan. Lingkungan adalah daerah di luar sistem.
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang berlangsung dengan disertai perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan. Pada reaksi eksoterm dibebaskan energi, sehingga entalpi sistem berkurang dan perubahan entalpi bertanda negatif. Pada reaksi eksoterm, lingkungan menerima kalor sehingga terasa panas. Contoh reaksi eksoterm adalah pembakaran.
Reaksi endoterm adalah reaksi yang berlangsung dengan disertai perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem. Pada reaksi endoterm diperlukan energi, sehingga perubahan entalpi sistem bertambah dan perubahan entalpi bertanda positif. Pada reaksi endoterm, lingkungan mengalami pengurangan kalor, sehingga suhu lingkungan turun dan terasa dingin.
Contoh reaksi endoterm adalah reaksi antara barium hidroksida (Ba(OH)2) dan kristal amonium klorida (NH4Cl) dengan beberapa tetes air. Jika dilakukan pada tabung reaksi, bagian dasar tabung akan terasa dingin karena sistem menyerap kalor dari lingkungan.

Perubahan Entalpi Standar (∆H°)
Perubahan entalpi dapat terjadi pada reaksi kimia maupun pada perubahan fisika. Perubahan entalpi pada reaksi kimia, bergantung pada jumlah zat yang direaksikan. Jika pereaksinya semakin banyak, maka perubahan entalpi semakin besar. Perubahan entalpi pada perubahan fisika berkaitan dengan perubahan wujud zat.
Contoh :
Persamaan reaksi stoikiometri : 2 H2 (g) + O2 (g) → 2 H2O(g)
Perbandingan jumlah mol H2 : jumlah mol O2 : jumlah mol H2O = 2 : 1 : 2
Jadi, perbandingan jumlah mol zat-zat tersebut dapat dinyatakan :
        2 mol H2 : 1 mol O2 : 2 mol H2O
Persamaan termokimia : 2 H2 (g) + O2 (g) → 2 H2O(g) ∆H = - 484 kJ
Pada reaksi antara 2 mol H2 dengan 1 mol dengan 1 mol O2 untuk menghasilkan 2 mol H2O dibebaskan kalor 484 kJ.
Kalor yang dibebaskan atau diperlukan (∆H) pada suatu reaksi, bergantung pada suhu dan tekanan saat reaksi berlangsung. Kalor yang dibebaskan atau diperlukan pada reaksi 1 mol zat yang berlangsung pada suhu 25°C (298 K) dan tekanan 1 atm disebut perubahan entalpi standar (∆H0). Satuan ∆H0 adalah kJ/mol. Perubahan entalpi standar ini disebut juga kalor reaksi standar.

Entalpi Pembentukan Standar (∆H°f)
Entalpi pembentukan standar menyatakan nilai kalor yang dibebaskan atau diperlukan untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya, pada keadaan standar (298 K, 1 atm). Entalpi pembentukan standar diberi notasi ∆H°f.
Contoh :
Pada pembentukan 117 gr garam dapur (NaCl) dibebaskan kalor 822 kJ. Tulislah persamaan termokimia pada keadaan standar. Ar Na = 23, Cl = 35,5
Jawab :
Jumlah mol NaCl = 2 mol
∆H pembentukan 2 mol NaCl = - 822 kJ
maka ∆Hf0 NaCl = -411kJ mol-1
Jadi persamaan termokimianya : Na(s) + Cl2(g) → NaCl(s) ∆H = - 411kJ

Entalpi Penguraian Standar (∆H°d)
 Entalpi penguraian standar menyatakan nilai kalor yang dibebaskan atau diperlukan untuk proses penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya, pada keadaan standar (298 K, 1 atm). Entalpi penguraian standar diberi notasi ∆H°d.
Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya, sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut menjadi unsur-unsurnya. Jadi, entalpi penguraian merupakan kebalikan dari entalpi pembentukan pada senyawa yang sama. Dengan demikian, jumlah kalor sama, tetapi memiliki tanda berlawanan karena reaksi berlawanan arah.
Contoh :
Pada penguraian 11,2 L gas HCl (pada STP) diperlukan kalor 18,2 kJ. Tulislah persamaan termokimia.
Jawab :
Jumlah mol HCl = 11,2/22,4 = 2 mol
∆H penguraian 0,5 mol HCl = 18,2 kJ
∆H°d HCl = 36,4 kJ
Persamaan termokimia : HCl(g) → H2 (g) + Cl2 (g) ∆H = 36,4 kJ

Entalpi Pembakaran Standar (∆H°c)
 Entalpi pembakaran standar menyatakan kalor yang dibebaskan untuk proses pembakaran 1 mol zat (unsur atau senyawa), pada keadaan standar (298 K, 1 atm). Entalpi pembakaran standar diberi notasi ∆H°c.
Contoh :
Pada pembakaran 4,4 gr propana dibebaskan kalor 223kJ/mol. Ar C = 12, H = 1
Jawab :
Jumlah mol C3H8 =  4,4 / 44 = 0,1 mol
∆H°c C3H8 = 1/ 0,1 x 223 = 2330 kJ
Jadi, persamaan termokimianya :
            C3H8(g) + 5 O2 (g) → 3 CO2 (g) + 4 H2O ∆H = -2330 kJ/mol.

Perhitungan Perubahan Entalpi Reaksi
Perhitungan perubahan entalpi atau perubahan kalor pada suatu reaksi didasarkan pada Hukum Hess, data entalpi pembentukan dan data energi ikatan.
Hukum Hess menyatakan bahwa :
    "Kalor reaksi yang dibebaskan atau diperlukan pada suatu reaksi tidak bergantung pada jalannya reaksi, tetapi bergantung pada keadaan akhir (zat-zat hasil reaksi)".
Hukum Hess ini dapat juga dinyatakan sebagai berikut :
    "Perubahan entalpi suatu reaksi tetap sama, baik berlangsung dalam satu tahap maupun beberapa tahap".
Contoh, reaksi pembentukan SO3(g)
(1)     melalui satu tahap reaksi : S(s) + O2(g) → SO3(g) ΔH = - 396 kJ
(2)    melalui dua tahap reaksi :
    Reaksi (1) : S(s) + O2(g) → SO2(g) ΔH = - 297 kJ
    Reaksi (2) : SO2(g) + O2(g) → SO3 (g) ΔH = -99 kJ
Jika kedua tahap reaksi pembentukan SO3(g) dijumlahkan, maka diperoleh kalor reaksi yang sama seperti pada reaksi pembentukan SO3 (g) pada reaksi (1). Jika kalor reaksi dijumlahkan, maka juga akan diperoleh kalor reaksi yang sama seperti reaksi pembentukan SO3 (g) pada reaksi (1).
Jadi, nilai entalpi reaksi pembentukan SO3(g) tetap sama, baik berlangsung melalui satu tahap ataupun beberapa tehap reaksi.
Contoh :
Reaksi (1) : C2H5OH + 3 O2 → 2 CO2 + 3 H2O ∆H = - 1386 kJ
Reaksi (2) : 2 CH3CHO + 5 O2 → 4 CO2 + 4 H2O ∆H = - 2352 kJ
Tentukan ∆H reaksi : 2 C2H5OH + O2 → 2 CH3CHO + 2 H2O
Jawab :
Perhatikanlah bahwa dari reaksi yang ditanyakan yang dijadikan patokan adalah 2 C2H5OH dan 2 CH3CHO, sedangkan O2 dan 2 H2O tidak dapat dijadikan patokan karena terdapat pada reaksi (1) dan reaksi (2). Reaksi (1) dikalikan 2 dan reaksi (2) dibalik sehingga diperoleh :
Reaksi (1) : 2 C2H5OH + 6 O2 → 4 CO2 + 6 H2O ∆H = - 2772 kJ
Reaksi (2) : 4 CO2 + 4 H2O → 2 CH3CHO + 5 O2 ∆H = + 2352 kJ
2 C2H5OH + O2 → 2 CH3CHO + 2 H2O ∆H = - 420 kJ

Berdasarkan Data Entalpi Pembentukan
Berdasarkan cara ini, data entalpi yang diketahui harus berupa data entalpi pembentukan. Zat-zat pereaksi dianggap mengalami reaksi penguraian dan zat-zat hasil reaksi dianggap mengalami reaksi pembentukan. Jadi, entalpi penguraian suatu zat sama dengan entalpi pembentukannya, tetapi memiliki tanda berlawanan.
            p A + q B → r C + s D ∆Hr = .....?
∆H reaksi = ∆Hf0 hasil reaksi - ∆Hf0 pereaksi = (r ∆H°f C + s ∆H°f D) - (p ∆H°f A + q ∆H°f B)
∆H°f O2 tidak diikutsertakan dalam perhitungan entalpi, sebab sesuai dengan kesepakatan, entalpi unsur dalam bentuk yang lebih stabil dianggap sama dengan nol.
Contoh :
Diketahui kalor pembentukan(∆H°f) dari C2H6 (g), CO2(g), H2O(l) masing-masing adalah -85kJ , -394kJ , dan - 286kJ . Tentukan ∆H°c pembakaran C2H6(g).
Jawab :
Reaksi Pembakaran C2H6(g) :
            C2H6(g) + O2(g) → 2 CO2(g) + 3 H2O(l) ∆Hr = ?
    ∆Hr = ∆Hf0 hasil - ∆Hf0 pereaksi = ( 2 ∆H°f CO2 + 3 ∆H°f H2O ) - (∆H°f C2H6)
            = (- 788) - 858 + 85 = - 1561 kJ
Jadi, ∆Hc0 C2H6(g) = - 1561 kJ
   
Berdasarkan Energi Ikatan
Suatu unsur atau senyawa terbentuk melalui ikatan antaratom penyusunnya. Ikatan-ikatan antaratom ini memiliki harga energi ikatan tertentu.
Pada saat bereaksi, dianggap semua molekul pereaksi memutuskan ikatannya sehingga menjadi atom-atom bebas. Proses pemutusan ikatan memerlukan sejumlah energi, sehingga perubahan entalpinya bertanda positif. Selanjutnya, atom-atom bebas (hasil penguraian pereaksi) ini membentukan zat-zat hasil reaksi melalui pembentukan ikatan baru. Peristiwa pembentukan ikatan membebaskan sejumlah energi, sehingga perubahan entalpi bertanda negatif.
            p A + q B → r C + s D ∆Hr = .....?
∆Hreaksi = (energi total pemutusan ikatan) - (energi total pembentukan ikatan)
Contoh :
Diketahui kalor pembakaran :
            CS2(g) + 3 O2(g) → CO2 (g) + 2 SO2(g) ∆H = - 445 kJ
Energi Ikatan () :
O = O = 495
S = O = 323
C = O = 799
Tentukan nilai energi ikatan C = S !
Jawab :
S=C=S + 3 (O=O) → O=C=O + 2 (O=S=O) ∆H = - 445 kJ
∆Hreaksi=(energi total pemutusan ikatan) - (energi total pembentukan ikatan)
445 = (2 × EC=S + 3 × EO=O) - (2 × EC=O + 4 × ES=O)
445 = (2 × EC=S + 3 × 495) - (2 × 799 + 4 × 323)
445 = 2 × EC=S + 1485 - 1598 - 1292
EC=S = 480 kJ

Jadi, energi ikatan C s = 480 kJ