Sabtu, 31 Januari 2015

Tercemar, pantai di Batam sepi kunjungan turis

Batam (ANTARA News) - Jumlah pengunjung Pantai Tanjung Bemban di Nongsa, Kota Batam, terus menyusut akibat pencemaran lumpur dari penambangan pasir darat ilegal di sekitar kawasan tersebut.

"Dulu setiap hari libur ada ribuan wisatawan yang datang ke pantai ini untuk main air atau sekedar menikmati pemandangan. Namun sejak air laut keruh akibat tercemar lumpur penambangan pasir jumlahnya terus berkurang. Sekarang sepi, tidak sampai ratusan," kata warga Tanjung Bemban, Saleh, di Batam, Jumat.

Ia mengatakan, kalaupun ada yang datang setelah mengetahui kondisi air keruh mereka langsung meninggalkan lokasi.

"Penambangannya sudah berlangsung bertahun-tahun. Lumpurnya sudah sedalam lutut orang dewasa. Tidak mungkin lagi pengunjung main air di pantai," kata dia.

Warga mengatakan, sudah beberapa kali melaporkan hal tersebut ke Dinas Pariwisata Kota Batam dan Dinas Kelautan Perikanan (Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Kehutanan Kota Batam) namun tidak ada respon.

"Kalau yang berwenang saja tidak peduli kami bisa apa. Meskipun kami tidak bisa lagi mencari ikan di situ, kami pasrah," kata Saleh.

Pantauan Antara, air laut dari Pantai Tanjung Bemban hingga beberapa ratus meter ke tengah sudah berwarna merah kecokelatan yang menunjukkan tingginya kandungan tanah dalam air.

Air laut yang keruh akibat lumpur juga terdapat pada wilayah lain yang berdekatan dengan Pantai Tanjung Bemban khususnya sekitar Nongsa.

Akibat pertambangan ilegal, terdapat sejumlah kubangan besar pada daratan sekitar Nongsa terutama yang berdekatan dengan pantai.

Proses penambangan pasir ilegal di lokasi tersebut dilakukan dengan menggunakan alat berat dan mesin penyemprot air besar sehingga mampu meruntuhkan bukit-bukit untuk diambil pasirnya.

Setelah bukit atau dataran yang lebih tinggi disemprot menggunakan air dari mesin-mesin bertekanan tinggi, pasir yang masih menyatu dengan tanah dialirkan ke lokasi yang lebih rendah.

Pada tempat penampungan, penambang memasang jaring untuk memisahkan pasir dengan tanah yang sudah menjadi lumpur dan dibiarkan mengalir terus ke laut.

Badan Pengendali Dampak Lingkungan Kota Batam menilai maraknya tambang pasir ilegal karena tingginya permintaan akan salah satu bahan pokok bangunan tersebut.

"Permintaan untuk pembangunan, sementara pasir yang didatangkan dari luar Batam harganya jauh lebih mahal. Hal itulah yang memicu banyaknya penambang ilegal," kata Kepala Badan Pengndali Dampak Lingkungan Kota Batam Dendi Purnomo.

Ia mengatakan, setiap truk berisi sekitar empat meter kubik pasir dari luar Batam harganya selisih Rp400 ribu lebih mahal dibanding pasir lokal hasil tambang ilegal di Batam.

"Dengan kondisi tersebut bukan berarti kami hanya diam saja. Kami juga berupaya melakukan berbagai cara untuk penertiban, namun penambang baru selalu muncul lagi," kata dia.

Editor: Ella Syafputri

Tanggapan/Pendapat :
Sangat disayangkan bahwa pihak yang berwenang belum juga merespon berita terkait. Selayaknya manusia hidup berdampingan dengan alamnya, saling menjaga. Kerusakan yang terjadi di pantai tersebut sekilas mungkin hanya berakibat pada turunnya jumlah turis, namun dampak-dampak lainpun bisa saja terjadi. Pendangkalan yang mengakibatkan hilangnya habitat fauna dan sebagainya. Sangat disayangkan bila tidak ada instansi terkait yang peduli.

Berita : http://www.antaranews.com/berita/477224/tercemar-pantai-di-batam-sepi-kunjungan-turis

Limbah Industri dan Lingkungan

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Pengolahan Limbah          
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
·           pengolahan menurut tingkatan perlakuan
·           pengolahan menurut karakteristik limbah 
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban misalnya.
·           Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
·           Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan tersambung ke unit penanganan
·           air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke
·           jamban bersama atau MCK.
·           Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
·           Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
·           Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan dalam jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat berguna di masyarakat

Limbah industri dapat bedakan berdasarkan karakteristiknya, yaitu :
·           Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik.
·           Limbah padat 
·           Limbah gas dan partikel
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran udara global adalah:
·           Karbon monoksida (CO)
·           Nitrogen oksida (Nox)
·           Hidrokarbon (HC)
·           Sulfur oksida (SOx)
Partikulat

Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu:
·           CO2 (karbon monoksida)
·           Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog)
·           Hujan asam
·           CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon)
·           CH4 (metana)

Dampak-dampak yang ditimbulkan dari limbah industri :

Limbah Cair
Dapat diambil contoh dari gambar diatas, secara jelas limbah cair yang keluar dari pipa tersebut berwarna hitam pekat dan apabila tidak diolah dan diawasi secara intensif oleh semua pihak baik dari pemerintah maupun pabrik tersebut dalam hal pengelolaan limbah, maka secara perlahan dapat menurunkan kualitas air sedikit demi sedikit dan berdampak bagi seluruh ekosistem yang terkandung atau yang terkait oleh tempat pembuangan limbah tersebut.

Limbah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, atau bubur yang berasal dari proses pengolahan.limbah padat dapat berupa kertas, kain, kayu, besi, kulit telur, dll. Ada limbah padat yang dapat diolah menjadi barang yang ekonomis atau dapat dijual kembali dan ada juga yang tidak dapat di diolah atau digunakan kembali. Biasanya limbah padat yang tidak dapat diolah kembali dikumpulkan disatu tempat dan dilakukan pembakaran kemudian pembuangan. Dampak yang dapat ditimbulkan apabila limbah tersebut tidak diolah adalah menurunnya kualitas tanah karena menurunnya unsur-unsur hara yang terkandung dalam tanah akibat limbah padat yang tidak dikelola secara benar.

Limbah Gas dan Partikel
Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.

Entalpi Reaksi

Perubahan Entalpi Standar (∆H°)
Perubahan entalpi dapat terjadi pada reaksi kimia maupun pada perubahan fisika. Perubahan entalpi pada reaksi kimia, bergantung pada jumlah zat yang direaksikan. Jika pereaksinya semakin banyak, maka perubahan entalpi semakin besar. Perubahan entalpi pada perubahan fisika berkaitan dengan perubahan wujud zat.
Contoh :
Persamaan reaksi stoikiometri : 2 H2 (g) + O2 (g) → 2 H2O(g)
Perbandingan jumlah mol H2 : jumlah mol O2 : jumlah mol H2O = 2 : 1 : 2
Jadi, perbandingan jumlah mol zat-zat tersebut dapat dinyatakan :
        2 mol H2 : 1 mol O2 : 2 mol H2O
Persamaan termokimia : 2 H2 (g) + O2 (g) → 2 H2O(g) ∆H = - 484 kJ
Pada reaksi antara 2 mol H2 dengan 1 mol dengan 1 mol O2 untuk menghasilkan 2 mol H2O dibebaskan kalor 484 kJ.
Kalor yang dibebaskan atau diperlukan (∆H) pada suatu reaksi, bergantung pada suhu dan tekanan saat reaksi berlangsung. Kalor yang dibebaskan atau diperlukan pada reaksi 1 mol zat yang berlangsung pada suhu 25°C (298 K) dan tekanan 1 atm disebut perubahan entalpi standar (∆H0). Satuan ∆H0 adalah kJ/mol. Perubahan entalpi standar ini disebut juga kalor reaksi standar.

Entalpi Pembentukan Standar (∆H°f)
Entalpi pembentukan standar menyatakan nilai kalor yang dibebaskan atau diperlukan untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya, pada keadaan standar (298 K, 1 atm). Entalpi pembentukan standar diberi notasi ∆H°f.
Contoh :
Pada pembentukan 117 gr garam dapur (NaCl) dibebaskan kalor 822 kJ. Tulislah persamaan termokimia pada keadaan standar. Ar Na = 23, Cl = 35,5
Jawab :
Jumlah mol NaCl = 2 mol
∆H pembentukan 2 mol NaCl = - 822 kJ
maka ∆Hf0 NaCl = -411kJ mol-1
Jadi persamaan termokimianya : Na(s) + Cl2(g) → NaCl(s) ∆H = - 411kJ

Entalpi Penguraian Standar (∆H°d)
 Entalpi penguraian standar menyatakan nilai kalor yang dibebaskan atau diperlukan untuk proses penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya, pada keadaan standar (298 K, 1 atm). Entalpi penguraian standar diberi notasi ∆H°d.
Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya, sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut menjadi unsur-unsurnya. Jadi, entalpi penguraian merupakan kebalikan dari entalpi pembentukan pada senyawa yang sama. Dengan demikian, jumlah kalor sama, tetapi memiliki tanda berlawanan karena reaksi berlawanan arah.
Contoh :
Pada penguraian 11,2 L gas HCl (pada STP) diperlukan kalor 18,2 kJ. Tulislah persamaan termokimia.
Jawab :
Jumlah mol HCl = 11,2/22,4 = 2 mol
∆H penguraian 0,5 mol HCl = 18,2 kJ
∆H°d HCl = 36,4 kJ
Persamaan termokimia : HCl(g) → H2 (g) + Cl2 (g) ∆H = 36,4 kJ

Entalpi Pembakaran Standar (∆H°c)
 Entalpi pembakaran standar menyatakan kalor yang dibebaskan untuk proses pembakaran 1 mol zat (unsur atau senyawa), pada keadaan standar (298 K, 1 atm). Entalpi pembakaran standar diberi notasi ∆H°c.
Contoh :
Pada pembakaran 4,4 gr propana dibebaskan kalor 223kJ/mol. Ar C = 12, H = 1
Jawab :
Jumlah mol C3H8 =  4,4 / 44 = 0,1 mol
∆H°c C3H8 = 1/ 0,1 x 223 = 2330 kJ
Jadi, persamaan termokimianya :
            C3H8(g) + 5 O2 (g) → 3 CO2 (g) + 4 H2O ∆H = -2330 kJ/mol.

Perhitungan Perubahan Entalpi Reaksi
Perhitungan perubahan entalpi atau perubahan kalor pada suatu reaksi didasarkan pada Hukum Hess, data entalpi pembentukan dan data energi ikatan.
Hukum Hess menyatakan bahwa :
    "Kalor reaksi yang dibebaskan atau diperlukan pada suatu reaksi tidak bergantung pada jalannya reaksi, tetapi bergantung pada keadaan akhir (zat-zat hasil reaksi)".
Hukum Hess ini dapat juga dinyatakan sebagai berikut :
    "Perubahan entalpi suatu reaksi tetap sama, baik berlangsung dalam satu tahap maupun beberapa tahap".
Contoh, reaksi pembentukan SO3(g)
(1)     melalui satu tahap reaksi : S(s) + O2(g) → SO3(g) ΔH = - 396 kJ
(2)    melalui dua tahap reaksi :
    Reaksi (1) : S(s) + O2(g) → SO2(g) ΔH = - 297 kJ
    Reaksi (2) : SO2(g) + O2(g) → SO3 (g) ΔH = -99 kJ
Jika kedua tahap reaksi pembentukan SO3(g) dijumlahkan, maka diperoleh kalor reaksi yang sama seperti pada reaksi pembentukan SO3 (g) pada reaksi (1). Jika kalor reaksi dijumlahkan, maka juga akan diperoleh kalor reaksi yang sama seperti reaksi pembentukan SO3 (g) pada reaksi (1).
Jadi, nilai entalpi reaksi pembentukan SO3(g) tetap sama, baik berlangsung melalui satu tahap ataupun beberapa tehap reaksi.
Contoh :
Reaksi (1) : C2H5OH + 3 O2 → 2 CO2 + 3 H2O ∆H = - 1386 kJ
Reaksi (2) : 2 CH3CHO + 5 O2 → 4 CO2 + 4 H2O ∆H = - 2352 kJ
Tentukan ∆H reaksi : 2 C2H5OH + O2 → 2 CH3CHO + 2 H2O
Jawab :
Perhatikanlah bahwa dari reaksi yang ditanyakan yang dijadikan patokan adalah 2 C2H5OH dan 2 CH3CHO, sedangkan O2 dan 2 H2O tidak dapat dijadikan patokan karena terdapat pada reaksi (1) dan reaksi (2). Reaksi (1) dikalikan 2 dan reaksi (2) dibalik sehingga diperoleh :
Reaksi (1) : 2 C2H5OH + 6 O2 → 4 CO2 + 6 H2O ∆H = - 2772 kJ
Reaksi (2) : 4 CO2 + 4 H2O → 2 CH3CHO + 5 O2 ∆H = + 2352 kJ
2 C2H5OH + O2 → 2 CH3CHO + 2 H2O ∆H = - 420 kJ

Berdasarkan Data Entalpi Pembentukan
Berdasarkan cara ini, data entalpi yang diketahui harus berupa data entalpi pembentukan. Zat-zat pereaksi dianggap mengalami reaksi penguraian dan zat-zat hasil reaksi dianggap mengalami reaksi pembentukan. Jadi, entalpi penguraian suatu zat sama dengan entalpi pembentukannya, tetapi memiliki tanda berlawanan.
            p A + q B → r C + s D ∆Hr = .....?
∆H reaksi = ∆Hf0 hasil reaksi - ∆Hf0 pereaksi = (r ∆H°f C + s ∆H°f D) - (p ∆H°f A + q ∆H°f B)
∆H°f O2 tidak diikutsertakan dalam perhitungan entalpi, sebab sesuai dengan kesepakatan, entalpi unsur dalam bentuk yang lebih stabil dianggap sama dengan nol.
Contoh :
Diketahui kalor pembentukan(∆H°f) dari C2H6 (g), CO2(g), H2O(l) masing-masing adalah -85kJ , -394kJ , dan - 286kJ . Tentukan ∆H°c pembakaran C2H6(g).
Jawab :
Reaksi Pembakaran C2H6(g) :
            C2H6(g) + O2(g) → 2 CO2(g) + 3 H2O(l) ∆Hr = ?
    ∆Hr = ∆Hf0 hasil - ∆Hf0 pereaksi = ( 2 ∆H°f CO2 + 3 ∆H°f H2O ) - (∆H°f C2H6)
            = (- 788) - 858 + 85 = - 1561 kJ
Jadi, ∆Hc0 C2H6(g) = - 1561 kJ
   
Berdasarkan Energi Ikatan
Suatu unsur atau senyawa terbentuk melalui ikatan antaratom penyusunnya. Ikatan-ikatan antaratom ini memiliki harga energi ikatan tertentu.
Pada saat bereaksi, dianggap semua molekul pereaksi memutuskan ikatannya sehingga menjadi atom-atom bebas. Proses pemutusan ikatan memerlukan sejumlah energi, sehingga perubahan entalpinya bertanda positif. Selanjutnya, atom-atom bebas (hasil penguraian pereaksi) ini membentukan zat-zat hasil reaksi melalui pembentukan ikatan baru. Peristiwa pembentukan ikatan membebaskan sejumlah energi, sehingga perubahan entalpi bertanda negatif.
            p A + q B → r C + s D ∆Hr = .....?
∆Hreaksi = (energi total pemutusan ikatan) - (energi total pembentukan ikatan)
Contoh :
Diketahui kalor pembakaran :
            CS2(g) + 3 O2(g) → CO2 (g) + 2 SO2(g) ∆H = - 445 kJ
Energi Ikatan () :
O = O = 495
S = O = 323
C = O = 799
Tentukan nilai energi ikatan C = S !
Jawab :
S=C=S + 3 (O=O) → O=C=O + 2 (O=S=O) ∆H = - 445 kJ
∆Hreaksi=(energi total pemutusan ikatan) - (energi total pembentukan ikatan)
445 = (2 × EC=S + 3 × EO=O) - (2 × EC=O + 4 × ES=O)
445 = (2 × EC=S + 3 × 495) - (2 × 799 + 4 × 323)
445 = 2 × EC=S + 1485 - 1598 - 1292
EC=S = 480 kJ

Jadi, energi ikatan C s = 480 kJ

Transistor BJT

Transistor pertemuan dwikutub (BJT) adalah salah satu jenis dari transistor. Ini adalah peranti tiga-saluran yang terbuat dari bahan semikonduktor terkotori. Dinamai dwikutub karena operasinya menyertakan baik elektron maupun lubang elektron, berlawanan dengan transistor ekakutub seperti FET yang hanya menggunakan salah satu pembawa. Walaupun sebagian kecil dari arus transistor adalah pembawa mayoritas, hampir semua arus transistor adalah dikarenakan pembawa minoritas, sehingga BJT diklasifikasikan sebagai peranti pembawa-minoritas.


BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah salah satu dari dua jenis transistor. Cara kerja BJT dapat dibayangkan sebagai dua diode yang terminal positif atau negatifnya berdempet, sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E), kolektor (C), dan basis (B).
Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis dapat menghasilkan perubahan arus listrik dalam jumlah besar pada terminal kolektor. Prinsip inilah yang mendasari penggunaan transistor sebagai penguat elektronik. Rasio antara arus pada koletor dengan arus pada basis biasanya dilambangkan dengan β atau h_{FE}. β biasanya berkisar sekitar 100 untuk transistor-transisor BJT.
Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama tersebut.

Fungsi utama pembuatan transistor adalah sebagai penguat (amplifier), sebagai pemutus dan penyambung (switching), sebagai pengatur stabilitas tegangan, sebagai peratas arus, dapat menahan sebagian arus yang mengalir, menguatkan arus dalam rangkaian, dan sebagai pembangkit frekuensi rendah ataupun tinggi.
Karena sifatnya, transistor ini dapat digunakan dalam keperluan lain, misalnya sebagai suatu saklar elektronis. Susunan fisik transistor merupakan sambungan dari bahan semikonduktor tipe P dan tipe N, seperti digambarkan pada di bawah.
Bipolar Transistor merupakan komponen atau piranti yang mempunyai tiga terminal, maka dimungkinkan memiliki 3 konfigurasi rangkaian yaitu common base, common collector dan common emitter, ketika merancang suatu rangkaian transistor tiga konfigurasi inilah yang digunakan. Perancangan rangkaian transistor mengacu pada sifat dan karakteristik masing-masing konfigurasi transistor.
Perancangan rangkaian transistor biasanya mengacu pada beberapa parameter berikut:
·         Voltage Gain (Penguatan Tegangan)
·         Current Gain (Penguatan Arus)
·          Impedansi input
·         Impedansi output
·         Frekuensi respon

Tabel. Rangkuman konfigurasi transistor dan karakteristiknya  
Transistor Configuration
Common Base
Common Collector
Common Emitter
Voltage gain
High
Low
Medium
Current gain
Low
High
Medium
Power gain
Low
Medium
High
Input / output phase
180°
Input resistance
Low
High
Medium
Voltage gain
High
Low
Medium

Setiap konfigurasi mempunyai respon yang berbeda untuk setiap sinyal input dalam rangkaian
Common Base Configuration
Mempunyai “Voltage Gain” tanpa “Current Gain”. Konfigurasi transistor penguat basis biasanya digunakan pada aplikasi di mana diperlukan impedansi input yang rendah.

Common Emitter Configuration 
Mempunyai “Current dan Voltage Gain”. Konfigurasi transistor penguat emiter merupakan konfigurasi transistor yang paling banyak digunakan. Konfigurasi ini sering terlihat sebagai format umum untuk transistor penguat tegangan. Konfigurasi transistor penguat emiter digunakan untuk penguat dan sebagai output logika.

Common Collector Configuration
Mempunyai “Current Gain Tanpa Voltage Gain”. Konfigurasi transistor penguat collector digunakan pada banyak aplikasi. konfigurasi CC ini bisa berfungsi sebagai buffer.